Allah mempertemukan kami dalam masa yang tidak diduga-duga. Ditengahi oleh sahabat baikku, kami pun bersinggungan. Kata Ibuku, bukan berjodoh karena bertemu, tapi bertemu karena memang sudah jodohnya. Awalnya hanya perihal pendidikan semata - tanpa niat istimewa. Tanpa tahu bahwa dari momen ini lah petualangan kami bermula.
Pada kala ini, separuh perjalanan sudah kami lalui. Ada banyak kejutan; pun pemahaman. Memahami bahwa kami dua jiwa berbeda; tak menuntut ‘tuk melebur, tapi meniti satu tuju. Perjalanan pun jadi tanda atas banyak kesan dan perkenalan. Mengenal keluarga, mengenal lingkungan, hingga mengenal kembali satu sama lain. Tentunya sembari berharap bahwa perjalanan ini akan terus melaju; lebih dari separuh.
Saat ini, kami sudah melampaui separuh perjalanan. Dalam bayangan, tentulah perjalanan sepertinya akan senantiasa selaras, tanpa deru. Namun, barangkali, ada baiknya kami berkenalan dengan rasa kecewa. Memaknai bahwa tidak apa jika banyak merasa, asal tidak sungkan untuk mengungkapnya. Dan… agaknya kebuntuan dalam perjalanan akan kami temui, pabila enggan berkaca pada salah.
Pada perjalanan ini pula, tidak sedikit kami temui lelah dan payah. Kami hanya punya upaya-upaya kecil untuk terus saling mendukung, membersamai. Kami tahu bahwa kami hampir sampai. Sedikit lagi.
“Patah itu membawaku pada pria teduh jiwanya” (Serene by SIVIA)
Enam ratus delapan hari pertama genap sudah. Banyak doa telah dilangitkan; banyak coba telah diambil. Memutuskan untuk berhenti mencari, karena sudah saling menemukan. Semoga, petualangan kami terus berlanjut, hingga banyak enam ratus delapan hari berikutnya; yang tidak mampu jari-jari kami hitung. Semoga.